Jurnal 23
Kekeringan meteorologi di Bangladesh: menilai, menganalisis dan memetakan bahaya menggunakanSPI, GIS dan data curah hujan bulanan
1. Pendahuluan
Kekeringan adalah salah satu bencana paling dahsyat yang berdampak signifikan terhadap ekonomi, pertanian, lingkungan, dan masyarakat. Beberapapenelitian menunjukkan bahwa laju pemanasan di Bangladesh lebih tinggi daripada laju pemanasan global saat ini dan diperkirakan akan terus memanas selamabeberapa dekade mendatang (Ahmad dan Warrick1996; Shahid 2010; Rahman dan Lateh 2015), yang dapat meningkatkan air menuntut dan dengan demikiankekeringan yang parah di negara ini. Pertanian dan air adalah dua sektor yang terkena dampak kekeringanterburuk di negara ini. Oleh karena itu, pemerintah, ilmuwan, dan pencinta lingkungan dilibatkan untukmengembangkan kebijakan manajemen yang efektifuntuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh kekeringan. Pengkajian, pemantauan, dan pemetaanbahaya kekeringan dapat memainkan peran pentinguntuk memahami karakteristik kekeringan regional dan membantu merumuskan rencana persiapan dan manajemen kekeringan yang efektif untuk negara tersebut. Selain itu, studi tentang kekeringan khususnyayang berkaitan dengan pemantauan, analisis spasialdan pemetaan bahaya penting untuk menerapkanrencana mitigasi untuk mengurangi dampak kekeringan.
2. Data yang digunakan dan Metodologi
Disebutkan bahwa kekeringan dinilai oleh SPI dan dianalisis melalui luasan spasial, tingkat keparahan dan frekuensi terjadinya kekeringan dalam penelitian ini. Untuk perhitungan SPI, hanya data curah hujan yang diperlukan, dan karenanya, dataset deret waktu hujanbulanan selama periode tersebut.
SPI memungkinkan untuk mengidentifikasi kondisikekeringan pada skala waktu tertentu yang menarikdengan data historis (C30 tahun). Secara teoritis, SPI mirip dengan skor Z, tetapi tidak hanya perbedaan darirata-rata dan dibagi dengan standar deviasi. Ini adalahindeks probabilitas di mana probabilitas curah hujanyang diamati diubah menjadi indeks untuk skala waktuapa pun (skala waktu 3-, 6-, 12-, 24, dan 48 bulan). Karena curah hujan tidak terdistribusi secara normal; diperlukan transformasi, diikuti dengan pemasangan kedistribusi normal. Oleh karena itu, curah hujan tidaknormal terlebih dahulu menggunakan distribusiprobabilitas sehingga nilai-nilai SPI sebenarnya dilihatsebagai standar deviasi dari median.
3. Hasil
Kekeringan meteorologi di Bangladesh dianalisismenggunakan metode SPI dengan data deret waktucurah hujan bulanan (1971-2010), dan hasilnyamenunjukkan bahwa dengan mempertimbangkankekeringan ekstrem (SPI B -2) dan kekeringan parah (-2 \ SPI B -1.5), beberapa kekeringan Peristiwa terjadipada skala waktu yang berbeda.
4. Kesimpulan
Menggunakan teknik SPI dan GIS, di negara ini, penelitian ini mampu mengidentifikasi tahun-tahunkekeringan utama dalam periode penelitian dan daerah-daerah rawan kekeringan dengan tingkat keparahankekeringan. Selain itu, hasil dari skala waktu SPI yang berbeda menunjukkan periode kekeringan yang berbeda, yang sangat penting untuk analisis kekeringanmusiman. Oleh karena itu, SPI, bersama dengan GIS dapat diterapkan dengan sukses untuk mengidentifikasikekeringan meteorologis secara spasial dan pemantauan kekeringan di negara ini di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar