Jurnal 22
Pendekatan berbasis GIS untuk mengidentifikasi variabilitas spasial dari kerentanan sosial terhadap bahaya seismik di Italia
1. Pendahuluan
Italia adalah salah satu dari lima Negara Eropa dengan probabilitas tertinggi untuk terlibat dalam bencana dan menderita kerugian ekonomi. Bencana alam tidak dapat dicegah, tetapi penilaian kerentanan, mitigasi bahaya dan perencanaan manajemen darurat dapat mengurangi dampak peristiwa bencana dan memfasilitasi pemulihan.
Bahaya alam tidak memiliki efek acak pada masyarakat lokal dan umumnya kelompok yang paling terkena dampak adalah yang lebih rentan, yang sudah terpinggirkan oleh kelas sosial-ekonomi (yaitu orang yang memiliki status sosial, ekonomi, pekerjaan atau pendidikan yang sama), ras, etnis dan jenis kelamin. Faktor-faktor marginalisasi ini merupakan komponen utama dari kerentanan dan mereka dapat didefinisikan sebagai kerentanan kelompok sosial terhadap dampak bahaya, memengaruhi kerugian ekonomi, cedera, dan kematian fatal (Blaikie, Cannon, Davis, & Wisner, 2014; Cutter et al. ., 2003).
Oleh karena itu, bahaya alam dapat kurang lebih sesuai dengan kerentanan, yang tergantung pada waktu dan tempat di mana peristiwa terjadi dan kondisi sosial ekonomi penduduk yang terkena dampak. Ini menyoroti perlunya mengintegrasikan penelitian ilmu sosial yang lebih baik mengenai kerentanan sosial ke dalam perencanaan teritorial dan pengambilan keputusan manajemen darurat. Dalam kerangka ini, kerentanan suatu tempat dapat dimodelkan dengan mempelajari potensi bahaya suatu tempat berdasarkan interaksi antara risiko (ukuran potensi kerusakan atau kerugian dalam kehidupan, status kesehatan, mata pencaharian, aset dan layanan, yang dapat terjadi pada komunitas atau masyarakat tertentu selama beberapa periode waktu tertentu di masa depan) dan mitigasi (langkah-langkah untuk mengurangi risiko atau reduce dampaknya) (Cutter et al., 2003).
2. Metodologi
Metode yang disajikan dalam makalah ini telah diterapkan pada skala nasional dan terdiri dalam pendekatan kualitatif dan kuantitatif termasuk analisis spasial melalui Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pemodelan statistik. Penggunaan efektif dari kedua metode (kuantitatif dan kualitatif) dan alat yang berbeda yang dapat digunakan seseorang (alat geospasial, teknik statistik, dan lainnya) dapat mengarah pada peluang penelitian yang ditingkatkan dan, yang lebih penting, untuk geografi terapan, pengetahuan yang lebih mendalam tentang geo-nomena geografis sedang dipelajari (Yeager & Steiger, 2013).
3. Hasil
Empat faktor utama diidentifikasi sebagai relevan dalam menjelaskan hubungan antara semua variabel. Faktor pertama, Umur, adalah dimensi yang paling relevan, menjelaskan 29,5% dari varians. Terbukti, juga dalam pertimbangan literatur relatif, bagaimana kehadiran anak-anak dan orang tua secara signifikan meningkatkan kerentanan komunitas (Buckle, Mars, & Smale, 2010; Morrow, 1999; Bolin & Stanford, 1991;
Ketenagakerjaan adalah faktor penting lainnya (22,4% dari varians) dan sering dikaitkan dengan potensi hilangnya aktivitas pekerjaan setelah peristiwa berbahaya, yang meningkatkan, oleh karena itu, tingkat pengangguran di suatu komunitas (Cutter et al., 2003). Lebih jauh lagi, pekerjaan yang tidak stabil lebih umum terjadi pada pekerjaan dengan upah rendah, yang lebih mungkin hilang ketika bisnis tutup atau pindah setelah bencana (Morrow, 1999). Variabel lain yang meningkatkan kerentanan sosial adalah “tingkat perjalanan”, yang dimaksudkan sebagai orang yang bepergian setiap hari dari satu kota ke kota lain untuk bekerja atau belajar.
Pendidikan (12,9%), adalah satu-satunya faktor yang diekstraksi yang mengurangi kerentanan sosial: pada kenyataannya, tingkat pendidikan yang tinggi tidak hanya terkait dengan kemampuan untuk memahami informasi tentang rencana darurat atau informasi peringatan, tetapi juga dengan status sosial ekonomi: pekerjaan yang lebih baik peluang dan pendapatan yang lebih tinggi terkait dengan tingkat pendidikan yang tinggi (Elstad, 1996; Morrow, 1999).
Faktor terakhir ditafsirkan sebagai Antropisasi (9,5%). Ini terkait dengan kepadatan dan pertumbuhan populasi dan meningkatkan kerentanan sosial: kepadatan populasi yang tinggi membuat evakuasi lebih sulit, meningkatkan risiko kerugian dan pertumbuhan populasi yang cepat tidak mungkin diserap oleh negara dengan menawarkan layanan yang tidak efisien kepada penduduk (Cutter et al., 2003).
4. Kesimpulan
Metodologi yang disajikan dalam makalah ini bertujuan untuk mengembangkan prosedur berdasarkan analisis sosial-ekonomi penduduk Italia, yang mampu mengidentifikasi daerah dengan kemampuan berbeda untuk bereaksi terhadap peristiwa alam bencana. Ini menyediakan alat yang berguna untuk menilai dan mengidentifikasi distribusi spasial kerentanan sosial dan untuk memahami apa kondisi sosial-ekonomi Italia yang membuat komunitas lebih rentan daripada yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar